PENGANTAR
ANGUTTARA NIKAYA
PENDAHULUAN II
Aṅguttara Nikāya
Kelompok Numerik
Aṅguttara
Nikāya, bagian keempat dari Sutta Piṭaka, terdiri dari beberapa ribu[1] [sutta
yang disusun dalam sebelas buku (nipata) sesuai dengan jumlah isinya.
Sebagai
contoh :
Nipata pertama — Buku Kumpulan Satu — berisi sutta yang terdiri dari
sutta yang berhubungan dengan topik tunggal;
Nipata kedua — ("Buku Kumpulan Dua") — terdiri dari sutta yang
berhubungan dengan hal-hal yang berpasangan (contoh, sebuah sutta tentang
ketenangan dan pencerahan; yang lainnya tentang dua orang yang tidak akan
pernah bisa kita balas (orang tua); yang lainnya tentang dua jenis kebahagiaa;
dll.);
Nipata ketiga berisi sutta yang berhubungan dengan 3 hal (contoh, sebuah
sutta tentang tiga jenis tindakan terpuji; yang lainnya tentang tiga jenis
pelanggaran), dan seterusnya.
LANJUTAN :
Sekilas klasifikasi ini terlihat sangat kaku, tetapi sebenarnya
klasifikasi ini terbukti sangat berguna.
Contohnya:
jika anda teringat samar-samar tentang lima hal yang layak untuk direnungkan
setiap hari dan anda ingin mencari tahu potongan kalimat aslinya didalam Kanon,
tempat yang cocok untuk memulai mencari adalah Buku Kumpulan Lima didalam
Anguttara.
Dua buah
terbitan yang bagus yang berisi sutta-sutta pilihan dari Aṅguttara Nikāya
adalah Numerical Discources of the Buddha: Sebuah Koleksi dari Anggutara Nikaya
oleh Nyanaponika Thera dan Bhikkhu Bodhi (Kandy, Sri Lanka:Buddhist Publication
Society, 1999; juga dipublikasikan di USA oleh Altamira Press) dan Handful of
Leaves, Vol. 3, oleh Thanissaro Bhikkhu (Didistribusikan oleh Sati Center for
Buddhist Studies).
Catatan
Kaki :
↑ Jumlah sutta yang pasti didalam Aṅguttara Nikāya tergantung pada
edisinya (Sri Lanka, Thai, atau Burma) dan pada cara penyusunan sutta-nya.
Jayawardhana berkata: "Meskipun jumlahnya yang terdapat pada teks terdiri
dari 9,557 sutta, pada edisi sekarang (Tripitaka Sri Lanka modern) hanya
terdiri dari 8,777 sutta. kebanyakan sutta-sutta tersebut merupakan pengulangan
dengan sebuah kata baru yang ditambahkan didalamnya. Karena itu, jumlah sutta
yang berbeda karakternya dapat menurun menjadi seribu lebih sedikit"
[Somapala Jayawardhana, Handbook of Pāḷi Literature (Colombo: Karunaratne,
1993), p. 12]. Bhikkhu Bodhi menghitung 2,344 sutta [Nyanaponika & Bodhi,
Numerical Discourses of the Buddha, p. xv], sementara Webb menghitung 2,308
[Russell Webb, An Analysis of the Pāḷi Canon, (Kandy: Buddhist Publication
Society, 1975), p. 26].
LANJUTAN :
Anguttara Nikaya selaras dengan Ekottara
Agama ("Ceramah Satu Peningkatan") yang didapati dalam Sutta Pitaka
dari berbagai naskah berbahasa Sanskerta pada awal Buddhisme, sebagian masih
ada dalam berbahasa Sanskerta. Kumpulan lengkap didapati dalam terjemahan
bahasa Tionghoa oleh seseorang bernama Zēngyī Ahánjīng (增一阿含經).
Pembagian:
Kelompok-kelompok yang diklasifikasikan (Nipata) dibagi berdasarkan
nomor.
1.Buku
Kumpulan Satu - Ekaka-Nipata;
2.Buku
Kumpulan Dua - Duka;
3.Buku
Kumpulan Tiga - Tika;
4.Buku
Kumpulan Empat - Catukka;
5.Buku
Kumpulan Lima - Pancaka;
6.Buku
Kumpulan Enam - Chakka;
7.Buku
Kumpulan Tujuh - Sattaka;
8.Buku
Kumpulan Delapan - Atthaka;
9.Buku
Kumpulan Sembilan - Navaka;
10.Buku
Kumpulan Sepuluh - Dasaka;
11.Buku
Kumpulan Sebelas - Ekadasaka;
Dalam Anguttara Nikaya, pembagiannya benar-benar merupakan pembagian
menurut nomor. Ada sebelas kelompok yang diklasifikasikan (nipata); pokok
pembahasan yang pertama merupakan bagian-bagian tunggal, yang diikuti oleh
kelompok-kelompok dua dan seterusnya sampai kelompok sebelas. Tiap nipata
dibagi dalam vagga-vagga yang masing-masing memuat sepuluh sutta atau lebih,
yang seluruhnya berjumlah 2.308 sutta.
Pembagian :
1.
Ekaka-Nipata. Pikiran-pikiran terpusat/tidak terpusat, terlatih/tidak terlatih,
dikembangkan / tidak dikembangkan; usaha, ketekunan, Sang Buddha, Sariputta,
Moggallana, Mahakassapa; pandangan-benar/salah; konsentrasi-benar / salah.
2. Duka.
Dua jenis kamma vipaka (baik yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang
maupun yang membawa kepada tumimbal lahir), sebab musabab kebaikan dan
kejahatan; harapan dan keinginan, keuntungan dan panjang umur; dua jenis dana
(dana benda-benda material dan dana Dhamma); dua golongan bhikkhu: mereka yang
telah menyelami/belum menyelami Empat Kesunyataan Mulia – mereka yang
hidup/tidak hidup dalam keselarasan.
Lanjutan pembagian :
3. Tika. Tiga pelanggaran – jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang
patut dipuji: kedermawanan, penglepasan, pemeliharaan orang tua; usaha untuk
mengendalikan munculnya keadaan-keadaan tidak baik yang belum muncul,
mengembangkan keadaan-keadaan baik yang belum muncul, melenyapkan
keadaan-keadaan tidak baik yang telah muncul; pandangan-pandangan yang
menyimpang dari ajaran: bahwa pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan
menyedihkan ataupun yang tidak menyenangkan dan tidak menyedihkan disebabkan
oleh perbuatan-perbuatan lampau, bahwa pengalaman-pengalaman ini telah
ditentukan, bahwa pengalaman-pengalaman ini tanpa sebab.
4. Catukka. Orang-orang yang tak berdisiplin tidak mempunyai sikap,
konsentrasi, pengertian, pembebasan; si dungu menambah cela dengan jalan memuji
yang tak patut dipuji, mencela yang patut dihargai, bergembira tatkala orang
tidak bergembira, tidak bergembira tatkala orang bergembira; empat jenis orang:
tidak bijaksana dan tidak pula beriman, tidak bijaksana tetapi beriman,
bijaksana tetapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; bhikkhu hendaknya puas
dengan jubah, pemberian, tempat tinggal, dan obat-obatan yang mereka miliki;
empat jenis kebahagiaan; hidup dalam lingkungan yang sesuai, bergaul dengan
orang yang baik, memiliki keinsafan diri, telah mengumpulkan kusalakamma pada
kehidupan lampau; empat Brahma Vihara: metta, karuna, mudita, upekkha; empat
sifat yang menjaga bhikkhu dari kekeliruan: ketaatan terhadap sila,
pengendalian pintu-pintu indria, kesederhanaan dalam makanan, kesadaran penuh
yang mantap; dst..............
Lanjutan pembagian :
empat
kesalahan para pertapa dan brahmana: minum minuman keras yang mengacaukan
pikiran, kecanduan pada kenikmatan indria, menerima uang, mencari nafkah dengan
cara tercela; empat lapangan dalam kebahagiaan yang membawa pahala: secara
benar meyakini Sang Buddha sebagai Yang Maha Mengetahui, Dhamma sebagai yang
telah dibabarkan dengan baik, Sangha sebagai yang telah dibentuk dengan baik,
para siswa yang bebas dari kekotoran; empat cara hidup bersama: yang jahat
dengan yang jahat, yang jahat dengan yang baik, yang baik dengan yang jahat,
yang baik dengan yang baik; persembahan makanan memberikan si penerima: hidup
dengan usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan fisik; empat kondisi
untuk mencapai kesejahteraan duniawi: usaha yang terus menerus, perlindungan
terhadap penghasilan, persahabatan yang baik, penghidupan yang seimbang; empat
kondisi untuk mencapai kesejahteraan batin: keyakinan, sila, dana, dan Pañña;
empat musuh yang kepadanya metta hendaknya dikembangkan; empat Usaha Benar;
Empat Hal Yang Tak Terpikirkan: lingkungan seorang Buddha, jhana-jhana,
kamma-vipaka, spekulasi atas asal mula dunia; empat tempat ziarah: ke tempat
kelahiran Buddha, tempat mencapai Penerangan, tempat membabarkan khotbah
pertama, dan tempat wafat; empat jenis ucapan yang berfaedah/tidak berfaedah:
kebenaran/kebohongan, bukan fitnahan/fitnahan, kelembutan/kekasaran, bijaksana/
semberono; empat sifat esential: sila, samadhi, Pañña dan pembebasan; empat
kemampuan: keyakinan, kekuatan daya, kesadaran, konsentrasi; empat unsur; empat
macam orang yang patut dikenang dengan monumen: Buddha, Paccekka Buddha, Arahat
dan para Raja “Pemutar Roda”; para bhikkhu hendaknya tidak mengundurkan diri ke
hutan jika menyerah kepada: nafsu, kedengkian, iri hati, atau pikiran tidak sehat.
Lanjutan pembagian :
5. Pancaka. Lima ciri yang baik dari seorang siswa: kehormatan,
kesederhanaan, penghindaran diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, kekuatan
daya, kebijaksanaan; lima rintangan batin: nafsu indria, kemauan jahat,
kemalasan, kegelisahan dan kekuatiran, keragu-raguan; lima obyek meditasi:
kekotoran, tanpa-aku, kematian, ketidaksukaan terhadap makanan, ketidakenakan
di dunia; lima sifat buruk: tidak bebas dari nafsu, kebencian, khayalan,
kemunafikan, dendam; lima perbuatan baik: metta, perbuatan jasmani, ucapan dan
pikiran, kepatuhan pada sila dan berpandangan benar.
6. Chakka. Kewajiban rangkap-enam dari seorang bhikkhu: penghindaran diri
dari perbuatan (yang menghasilkan kamma), perdebatan, tidur dan berkawan,
kerendahan hati dan pergaulan dengan orang bijaksana.
7. Sattaka. Tujuh jenis kekayaan: kehormatan, kelakuan baik,
kesederhanaan, penjauhan diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, pengetahuan,
penglepasan, kebijaksanaan; tujuh jenis kemelekatan: harapan akan pemberian,
kebencian, keyakinan keliru, keragu-raguan, kesombongan, kehidupan duniawi,
ketidak tahuan.
Lanjutan pembagian :
8. Atthaka. Delapan sebab kesadaran/pemberian dana/gempa bumi.
9. Navaka. Sembilan perenungan: kekotoran, kematian, ketidaksukaan
terhadap makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, ketidakkekalan, dukkha yang
disebabkan oleh ketidakkekalan, ketidaktampakan dukkha, penglepasan, ketenangan
hati; sembilan jenis manusia: mereka yang telah menempuh empat jalan ke Nibbana
dan menikmati “buah” bersama puthujjana (manusia biasa yang belum mencapai
kesucian); dll.
10. Dasaka. Sepuluh perenungan: ketidakkekalan, tanpa-aku, kematian,
ketidaksukaan terhadap makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, tulang, dan empat
tahap pembusukan mayat – dihinggapi cacing, hitam dengan kerusakan, merekah
karena kerusakan, bengkak; sepuluh jenis penyucian: melalui pengetahuan benar,
pembebasan benar, dan delapan langkah dari Delapan Jalan Mulia.
11. Ekadasaka. Sebelas jenis kebahagiaan/jalan menuju Nibbana/sifat-sifat
baik dan buruk dari seorang penggembala dan bhikkhu.