Skip to main content

Featured

Ijazah S .Pd dan trankrip nilai

Wisuda sarjana pada tgl 27 November 2016 restoran lucky king Medan STAB Bodhi Dharma. Surat penting atau dokumen penting pendidikan sarjana pendidika  S1 adalah suatu dokument penting setelah wisuda dan tanda bukti memperoleh gelar sarjana S.1,  selama kuliah 4 tahun 8 semester hasilnya adalah suatu bukti nyata dan hasil dalam pendidikan, ini merupakan hasil selama kuliah dibangku pendidika  selama 4 tahun 8 semester dan sejarah seumur hidup dalam dunia pendidikan akademis Sarjana bagi mahasiswa adalah bukti nyata secara akademis adalah ijazah sebagai bukti hasil akhir kuliah dalam pendidikan, ijazah adalah suatu hasil akhir yang diperoleh sebagai bukti hasil pendidikan  dan berhak memperoleh gelar sarjana akademis, masa kuliah bagi mahasiswa adalah hasil kelulusan dan memperoleh ijazah asli dari akademis dan bukti nyata berhak memperoleh gelar sarjan secara akademis Ijazah dan trankrip nilai adalah hasil pembelajaran dan kuliah dikampus, hasil ni...

Sutta Pitaka


PENGANTAR ANGUTTARA NIKAYA
PENDAHULUAN  II
Aṅguttara Nikāya
Kelompok Numerik
Aṅguttara Nikāya, bagian keempat dari Sutta Piṭaka, terdiri dari beberapa ribu[1] [sutta yang disusun dalam sebelas buku (nipata) sesuai dengan jumlah isinya.
Sebagai contoh :
Nipata pertama — Buku Kumpulan Satu — berisi sutta yang terdiri dari sutta yang berhubungan dengan topik tunggal;
Nipata kedua — ("Buku Kumpulan Dua") — terdiri dari sutta yang berhubungan dengan hal-hal yang berpasangan (contoh, sebuah sutta tentang ketenangan dan pencerahan; yang lainnya tentang dua orang yang tidak akan pernah bisa kita balas (orang tua); yang lainnya tentang dua jenis kebahagiaa; dll.);
Nipata ketiga berisi sutta yang berhubungan dengan 3 hal (contoh, sebuah sutta tentang tiga jenis tindakan terpuji; yang lainnya tentang tiga jenis pelanggaran), dan seterusnya.
LANJUTAN :
Sekilas klasifikasi ini terlihat sangat kaku, tetapi sebenarnya klasifikasi ini terbukti sangat berguna.
Contohnya: jika anda teringat samar-samar tentang lima hal yang layak untuk direnungkan setiap hari dan anda ingin mencari tahu potongan kalimat aslinya didalam Kanon, tempat yang cocok untuk memulai mencari adalah Buku Kumpulan Lima didalam Anguttara.
Dua buah terbitan yang bagus yang berisi sutta-sutta pilihan dari Aṅguttara Nikāya adalah Numerical Discources of the Buddha: Sebuah Koleksi dari Anggutara Nikaya oleh Nyanaponika Thera dan Bhikkhu Bodhi (Kandy, Sri Lanka:Buddhist Publication Society, 1999; juga dipublikasikan di USA oleh Altamira Press) dan Handful of Leaves, Vol. 3, oleh Thanissaro Bhikkhu (Didistribusikan oleh Sati Center for Buddhist Studies).
Catatan Kaki  :
↑ Jumlah sutta yang pasti didalam Aṅguttara Nikāya tergantung pada edisinya (Sri Lanka, Thai, atau Burma) dan pada cara penyusunan sutta-nya. Jayawardhana berkata: "Meskipun jumlahnya yang terdapat pada teks terdiri dari 9,557 sutta, pada edisi sekarang (Tripitaka Sri Lanka modern) hanya terdiri dari 8,777 sutta. kebanyakan sutta-sutta tersebut merupakan pengulangan dengan sebuah kata baru yang ditambahkan didalamnya. Karena itu, jumlah sutta yang berbeda karakternya dapat menurun menjadi seribu lebih sedikit" [Somapala Jayawardhana, Handbook of Pāḷi Literature (Colombo: Karunaratne, 1993), p. 12]. Bhikkhu Bodhi menghitung 2,344 sutta [Nyanaponika & Bodhi, Numerical Discourses of the Buddha, p. xv], sementara Webb menghitung 2,308 [Russell Webb, An Analysis of the Pāḷi Canon, (Kandy: Buddhist Publication Society, 1975), p. 26].
LANJUTAN :
Anguttara Nikaya selaras dengan Ekottara Agama ("Ceramah Satu Peningkatan") yang didapati dalam Sutta Pitaka dari berbagai naskah berbahasa Sanskerta pada awal Buddhisme, sebagian masih ada dalam berbahasa Sanskerta. Kumpulan lengkap didapati dalam terjemahan bahasa Tionghoa oleh seseorang bernama Zēngyī Ahánjīng (增一阿含經).
Pembagian:
Kelompok-kelompok yang diklasifikasikan (Nipata) dibagi berdasarkan nomor.
1.Buku Kumpulan Satu - Ekaka-Nipata;
2.Buku Kumpulan Dua - Duka;
3.Buku Kumpulan Tiga - Tika;
4.Buku Kumpulan Empat - Catukka;
5.Buku Kumpulan Lima - Pancaka;
6.Buku Kumpulan Enam - Chakka;
7.Buku Kumpulan Tujuh - Sattaka;
8.Buku Kumpulan Delapan - Atthaka;
9.Buku Kumpulan Sembilan - Navaka;
10.Buku Kumpulan Sepuluh - Dasaka;
11.Buku Kumpulan Sebelas - Ekadasaka;
Dalam Anguttara Nikaya, pembagiannya benar-benar merupakan pembagian menurut nomor. Ada sebelas kelompok yang diklasifikasikan (nipata); pokok pembahasan yang pertama merupakan bagian-bagian tunggal, yang diikuti oleh kelompok-kelompok dua dan seterusnya sampai kelompok sebelas. Tiap nipata dibagi dalam vagga-vagga yang masing-masing memuat sepuluh sutta atau lebih, yang seluruhnya berjumlah 2.308 sutta.
Pembagian :
1. Ekaka-Nipata. Pikiran-pikiran terpusat/tidak terpusat, terlatih/tidak terlatih, dikembangkan / tidak dikembangkan; usaha, ketekunan, Sang Buddha, Sariputta, Moggallana, Mahakassapa; pandangan-benar/salah; konsentrasi-benar / salah.
2. Duka. Dua jenis kamma vipaka (baik yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang maupun yang membawa kepada tumimbal lahir), sebab musabab kebaikan dan kejahatan; harapan dan keinginan, keuntungan dan panjang umur; dua jenis dana (dana benda-benda material dan dana Dhamma); dua golongan bhikkhu: mereka yang telah menyelami/belum menyelami Empat Kesunyataan Mulia – mereka yang hidup/tidak hidup dalam keselarasan.
Lanjutan pembagian :
3. Tika. Tiga pelanggaran – jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang patut dipuji: kedermawanan, penglepasan, pemeliharaan orang tua; usaha untuk mengendalikan munculnya keadaan-keadaan tidak baik yang belum muncul, mengembangkan keadaan-keadaan baik yang belum muncul, melenyapkan keadaan-keadaan tidak baik yang telah muncul; pandangan-pandangan yang menyimpang dari ajaran: bahwa pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan ataupun yang tidak menyenangkan dan tidak menyedihkan disebabkan oleh perbuatan-perbuatan lampau, bahwa pengalaman-pengalaman ini telah ditentukan, bahwa pengalaman-pengalaman ini tanpa sebab.
4. Catukka. Orang-orang yang tak berdisiplin tidak mempunyai sikap, konsentrasi, pengertian, pembebasan; si dungu menambah cela dengan jalan memuji yang tak patut dipuji, mencela yang patut dihargai, bergembira tatkala orang tidak bergembira, tidak bergembira tatkala orang bergembira; empat jenis orang: tidak bijaksana dan tidak pula beriman, tidak bijaksana tetapi beriman, bijaksana tetapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; bhikkhu hendaknya puas dengan jubah, pemberian, tempat tinggal, dan obat-obatan yang mereka miliki; empat jenis kebahagiaan; hidup dalam lingkungan yang sesuai, bergaul dengan orang yang baik, memiliki keinsafan diri, telah mengumpulkan kusalakamma pada kehidupan lampau; empat Brahma Vihara: metta, karuna, mudita, upekkha; empat sifat yang menjaga bhikkhu dari kekeliruan: ketaatan terhadap sila, pengendalian pintu-pintu indria, kesederhanaan dalam makanan, kesadaran penuh yang mantap; dst..............
Lanjutan pembagian :
empat kesalahan para pertapa dan brahmana: minum minuman keras yang mengacaukan pikiran, kecanduan pada kenikmatan indria, menerima uang, mencari nafkah dengan cara tercela; empat lapangan dalam kebahagiaan yang membawa pahala: secara benar meyakini Sang Buddha sebagai Yang Maha Mengetahui, Dhamma sebagai yang telah dibabarkan dengan baik, Sangha sebagai yang telah dibentuk dengan baik, para siswa yang bebas dari kekotoran; empat cara hidup bersama: yang jahat dengan yang jahat, yang jahat dengan yang baik, yang baik dengan yang jahat, yang baik dengan yang baik; persembahan makanan memberikan si penerima: hidup dengan usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan fisik; empat kondisi untuk mencapai kesejahteraan duniawi: usaha yang terus menerus, perlindungan terhadap penghasilan, persahabatan yang baik, penghidupan yang seimbang; empat kondisi untuk mencapai kesejahteraan batin: keyakinan, sila, dana, dan Pañña; empat musuh yang kepadanya metta hendaknya dikembangkan; empat Usaha Benar; Empat Hal Yang Tak Terpikirkan: lingkungan seorang Buddha, jhana-jhana, kamma-vipaka, spekulasi atas asal mula dunia; empat tempat ziarah: ke tempat kelahiran Buddha, tempat mencapai Penerangan, tempat membabarkan khotbah pertama, dan tempat wafat; empat jenis ucapan yang berfaedah/tidak berfaedah: kebenaran/kebohongan, bukan fitnahan/fitnahan, kelembutan/kekasaran, bijaksana/ semberono; empat sifat esential: sila, samadhi, Pañña dan pembebasan; empat kemampuan: keyakinan, kekuatan daya, kesadaran, konsentrasi; empat unsur; empat macam orang yang patut dikenang dengan monumen: Buddha, Paccekka Buddha, Arahat dan para Raja “Pemutar Roda”; para bhikkhu hendaknya tidak mengundurkan diri ke hutan jika menyerah kepada: nafsu, kedengkian, iri hati, atau pikiran tidak sehat.
Lanjutan pembagian :
5. Pancaka. Lima ciri yang baik dari seorang siswa: kehormatan, kesederhanaan, penghindaran diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, kekuatan daya, kebijaksanaan; lima rintangan batin: nafsu indria, kemauan jahat, kemalasan, kegelisahan dan kekuatiran, keragu-raguan; lima obyek meditasi: kekotoran, tanpa-aku, kematian, ketidaksukaan terhadap makanan, ketidakenakan di dunia; lima sifat buruk: tidak bebas dari nafsu, kebencian, khayalan, kemunafikan, dendam; lima perbuatan baik: metta, perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran, kepatuhan pada sila dan berpandangan benar.
6. Chakka. Kewajiban rangkap-enam dari seorang bhikkhu: penghindaran diri dari perbuatan (yang menghasilkan kamma), perdebatan, tidur dan berkawan, kerendahan hati dan pergaulan dengan orang bijaksana.
7. Sattaka. Tujuh jenis kekayaan: kehormatan, kelakuan baik, kesederhanaan, penjauhan diri dari perbuatan-perbuatan tidak baik, pengetahuan, penglepasan, kebijaksanaan; tujuh jenis kemelekatan: harapan akan pemberian, kebencian, keyakinan keliru, keragu-raguan, kesombongan, kehidupan duniawi, ketidak tahuan.
Lanjutan pembagian :
8. Atthaka. Delapan sebab kesadaran/pemberian dana/gempa bumi.
9. Navaka. Sembilan perenungan: kekotoran, kematian, ketidaksukaan terhadap makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, ketidakkekalan, dukkha yang disebabkan oleh ketidakkekalan, ketidaktampakan dukkha, penglepasan, ketenangan hati; sembilan jenis manusia: mereka yang telah menempuh empat jalan ke Nibbana dan menikmati “buah” bersama puthujjana (manusia biasa yang belum mencapai kesucian); dll.
10. Dasaka. Sepuluh perenungan: ketidakkekalan, tanpa-aku, kematian, ketidaksukaan terhadap makanan, ketidakacuhan terhadap dunia, tulang, dan empat tahap pembusukan mayat – dihinggapi cacing, hitam dengan kerusakan, merekah karena kerusakan, bengkak; sepuluh jenis penyucian: melalui pengetahuan benar, pembebasan benar, dan delapan langkah dari Delapan Jalan Mulia.
11. Ekadasaka. Sebelas jenis kebahagiaan/jalan menuju Nibbana/sifat-sifat baik dan buruk dari seorang penggembala dan bhikkhu.

Popular Posts